coba banyangkan gimana rasanya kalau kita yang tadinya punya mata
sehat dan bisa melihat dengan jelas, tiba-tiba mengalami yang namanya “Kuman diseberang laut nampak, sedangkan gajah dipelupuk mata tak nampak” alias mata minus.
Dan untuk melihat dengan jelas kita butuh alat bantu yang namanya Kaca
Mata, Soft lens atau Kaca spion barangkali. Buat sebagian orang
sepertinya itu masalah biasa.
Hari ini saya berbelanja bulanan untuk kehidupan di kosan di salah satu minimarket di dekat kampus. Disana terdapat toko optik kecil yang menjual berbagai kacamata dari minus, plus, sampai kaca mata gaya pun tersedia. Letak toko itu berada tepat didepan kasir minimarket. Pada saat saya membayar semua belanjaan, gak sengaja mata saya tertuju pada seorang bapak yang sedang mengantarkan anak perempuannya (seperti masih SMA) untuk membeli kaca mata. Entah apa yang ada dibenak saya sendiri, saya merasa heran kok anak itu malah sumringah dan terlihat senang sekali akan dibelikan kaca mata sama bapaknya. ckckck.. mata sakit kok seneng?
Saya jadi teringat masa-masa dimana saya diharuskan memakai kaca mata sampai saat ini.
Pada waktu itu saya sering mengeluh pusing dan buram kalau melihat benda-benda jauh, kemudian lama-lama benda jauh itu
menjadi agak berasap, lama-lama asap tersebut membentuk sosok Nichkhun Oppa (Bintang korea, personil 2PM) dan Tring!…lalu menghilang (yang ini didramatisir hehehe) dan berubah
menjadi kabut putih tak berbentuk, hingga mentoklah jarak pandangnya
menjadi cuma 20 meteran. Tapi saat ditunjukkin uang 50.000an di
depan mata, penglihatan saya kembali cerah dan melihat langit biru
menjadi sebiru uang lima puluh ribuan katanya (Hahaha... Dasar...!).
Pada saat itu saya pendem sendiri keluhan-keluhan itu, biar saya saja yang merasakannya, karena takut dimarahin orang tua (udah diwanti-wanti dari kecil supaya menjaga mata) dan kalau sampai mereka tau keluhan saya, yang ada saya malah diomelin terus-terusan.. Tapi saya merasa apa yang saya rasakan sangat mengganggu aktivitas saya, apalagi pas lagi kuliah. Akhirnya saya memberanikan diri melaporkan beberapa keluhan saya selama itu.
Mulanya kakak rada-rada gak percaya dengan keluhan saya, tapi saya bercerita dengan muka yang gak banget dan ngungkapin rasa tersiksanya dengan pandangan yang kabur-kabur teu puguh. Dari situ mungkin kakak mulai tersentuh hatinya dan membawa saya ke dokter mata di daerah Bogor (Emang kakak yang baik, tapi telat oon..-_-").
saya inget banget tuh... waktu kami berada di ruang tunggu di rumah sakit, di sebelah kiri tempat kakak saya duduk, ada seorang
bapak yang dalam bayangan saya frame kacamatanya beraaaaat banget
dipanggulnya dan disebelah kanan saya ada nenek-nenek yang tiap
sepersekian detik mengusap matanya dengan sapu tangan handuk warna
birunya. Melihat pemandangan itu, sumpah rasanya saya pengen pulang lagi dan gak mau masuk keruangan dokter. di mata kakak mungkin saya terlihat seperti orang yang pasrah dan gak ada semangat hidup. Sesekali saya mengeluh “Ang priben lamon Ati
ora betah, Kayane ribet ang” (Bahasa planet yang artinya “kak, gimana kalau aku gak betah, sepetinya ribet kak). Tapi kakak malah bilang "Pake kacamata atau matanya tambah rabun" ah... pilihan yang enggak banget.... -_-
saya cuma merasa takut, gak diterima oleh masyarakat dengan penampilan baru saya saat memakai kaca mata (hohoho... ini mah lebay aza..-_-)
Setelah sekitar 10 menitan menunggu, akhirnya giliran kami menemui dokter mata.
Di dalam ruangan itu, ada seorang dokter wanita bersama asistennya yang memperlakukan saya dengan sopan dan baik.
Dokter : “Ada keluhan apa de?”
Saya : “Mataku dok, kalau ngelihat jauh rasanya buram, bahkan tidak terlihat”.
Seolah
sudah tahu permasalahannya, sang dokter langsung memerintahkan suster
buat nyiapin peralatan yang gak ngerti bentuknya apa, dan mereka
berkomunikasi dengan bahasa roaming yang juga bikin saya gak paham.
kemudian Tara…..Box lensa Uji!.
Saat box dibuka, saya lihat
didalamnya itu ada segepok lensa berbagai ukuran plus minus tersusun
rapih mulai dari angka terkecil hingga besar, dan sebuah periscope
ukuran wajah yang lebih mirip kacamata selam. Disitulah saya mulai
menjelajahi berbagai ukuran lensa dengan memusatkan penglihatannya pada
alat uji berupa tayangan infokus bertulisan berbagai jenis kata, huruf
dan angka dengan berbagai ukuran, dan saya disuruh membacanya, hingga
diperoleh penglihatan terjernih, terjelas, dan terfokus (kayanya yang ini semua orang juga tahu cara pemeriksaan mata).
Dan hasil dari pengujian tersebut didapatlah angka ketidak
normalannya yaitu Minus 2 pada mata kanan sementara mata kiri
Minus 1,25. Huft….saya cuma bisa menghela nafas, ikhlas, ikhlas.
Setelah proses pengecekan mata selesai, ibu dokter cuma bilang “Baru
dirasa sekarang ya?” dan tanpa nasehat apapun langsung menyodorkan
secarik kertas yang saya lihat cuma berisi gambar bulatan kacamata
tampak depan yang bertuliskan Right Sph 2,00 Left Sph 1,25. Meski gak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya, tapi intinya dia mengatakan “Udeh… nih sono beli kacamata!”.
Dalam hati “Ya ampun dok, kalo begini doang mendingan saya langsung ke toko kacamata aja. Udah mahal lagi!”
Seakan gak mau rugi kakak kemuadian mengajukan beberapa pertanyaan dan yang saya inget cuma “Trus Dok, ada kemungkinan bisa sembuh gak?”. Dokter hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil terus menulis
resep (entah resep masakan apa yang dia tulis, serius banget!) tanpa
memandang mata saya sama sekali. Tapi saya baru ngeh pas bener2 memperhatikan muka dokternya dan tersirat ibu dokter berbicara dengan bahasa kalbu.
“Kalau
nanya tuh mbok ya liat-liat dulu mas…, pan lu liat sendiri gw juga
pake kacamata!, kalau mata minus bisa disembuhin, dari dulu udah gw
copot nih kacamata, terus ngapain juga gw nyembuhin lu dulu, mendingan
gw nyembuhin mata gw ndiri!, masa dokternya masih pake kacamata,
pasiennya sembuh, khan nggak lucu!”.
Saya baru sadar kalau sang ibu dokter tercinta juga pake kacamata.
ya alhasil setelah pemeriksaan itu dan memastikan apa yang menjadi penyebab keluhan-keluhan itu. kakak langsung mengajak saya ke toko kaca mata yang terlihat paling bagus.
dan sampai sekrang kaca mata sudah menjadi bagian dari hidup saya. klo gak pake kaca mata, saya langsung berubah menjadi artis holiwood yang tidak akan nyaut pas dipanggil-panggil fans'y. hehehe... (soalnya gak keliatan, takut salah orang).
meskipun risih dan kadang-kadang bikin berat di idung dan sering kali bikin kepala pusing. tapi saya merasa terbantu sekali dengan adanya kaca mata.. hehehe...
Foto terakhir kaca mata pertama sebelum hanyut di laut...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar